Monday, February 18, 2019

Nazar Memberangkatkan Haji Orang Tua



Nazar Memberangkatkan Haji Orang Tua - Ustadz Adi Hidayat Lc MA


Liat baik-baik ya teman-teman, pahala itu Allah berikan bukan pada hasilnya tapi pada prosesnya. Gini, Antum ingin menghajikan orangtua, toyib, setiap tabungan yang Antum kumpulkan ada pahala nggak? Ada!, setiap tenaga yang Antum jadikan keluar keringet Antum, ada pahalanya nggak?, setiap doa yang Antum mohonkan ada pahalanya nggak? Baik, pilih mana Antum ya? Liat baik2, kondisi pertama ketika selesai nadzarnya dan orang tuanya berhaji bukankah tugas Antum selesai? Jelas ya?

Baik, orangtuanya ketika berhaji tugas Antum selesai kan? Baik, ketika orangtua belum berhaji dengan izin Allah tugas Antum selesai belum? Allahu Akbar, Antum pilih mana?, Antum bernadzar, seminggu orangtua haji, Antum bernadzar maaf seminggu 7 hari, Antum bernadzar 7 bulan baru dikabulkan oleh Allah SWT. Antum pilih tujuh hari atau tujuh bulan? Haaa! Antum mohon kepada Allah, "Ya Allah mohon berikan kesempatan, Ya Allah orangtua saya supaya bisa berhaji, Ya Allah mohon, mohon" dikabulkan oleh Allah SWT. Antum pilih tujuh hari atau tujuh bulan dikabulkan oleh Allah doanya? Mustahil, orang normal pasti ingin tujuh hari! Mustahil tujuh bulan. Ngarang itu kalau tujuh bulan, ngarang.

Orang normal tujuh hari, tapi kalau Antum baca pakai iman, liat baik-baik, 'Amal soleh itu diliat pada prosesnya, Antum menginginkan tujuh hari, tapi Allah menginginkan tujuh bulan untuk memberikan limpahan pahala kepada Antum. Kamu kenapa pingin tujuh hari? Bukankah ini usaha dapat pahala, doa pahala, ikhtiar pahala, setiap rupiah ditabung pahala. Saya berikan tujuh bulan untuk kamu, berikan! Berikan! Berikan!.

Si Fulan saya kasih tujuh hari karena cukup pahalanya, dia mengerjakan ini, mengerjakan itu, saya berikan kebahagiaan untuknya. Kamu butuh pahala yang lebih karena kamu butuh pelajaran untuk mendapatkan itu sehingga dibawa ke dalam masa rumah tangga kamu. Bawa ini, dapatkan pahalanya, dapatkan kedekatannya, bukankah semakin Anda ibadah semakin dekat dengan Allah. Liat rahasianya, begitu Anda dekat dengan Allah pahaka diberikan besar maka ketika berumah tangga kedekatan Anda ini tinggal diteruskan, tinggal di teruskan.

Orang yang sudah dekat dengan Allah maka sampai kapanpun akan dijaga oleh Allah SWT sepanjang tidak berbuat maksiat. Maka yang pertama, Antum jangan terjebak dengan usia, karena tidak ada yang bisa membatasi usia kecuali ajal. Apa Antum kira tujuh puluh tahun kemudian lebih dekat kepada fase meninggal?! "Ustadz, orangtua saya  tujuhpuluh tahun sudah bau tanah"! 'Ehh Antum bau kuburan' ajal itu nggak akan pilih2, mau tua mau muda. Ya Antum 29 bilangnya mungkin Antum meninggal duluan, ya jadi jangan terjebak pada usia terserah Allah, "QS. 7: 74, "...fa-idzaa jaa-a ajaluhum laa yasta/khiruuna saa’atan walaa yastaqdimuuna, Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun".

Kalau tiba ajalnya dia nggak akan bisa dipilih, mau maju atau mau lambat bukan pilihan. Karena itu pertama, solusinya tetap teruskan ikhtiar, teruskan ikhtiar karena Antum terikat dengan nadzar maka wujudkan dulu kemudian ya nadzar tersebut baru kemudian menikah. Dan dengan itu insya allah ridho Allah akam diberikan kepada Antum termasuk rumah tangga Antum. Dan nadzar Antum ini ketika saya baca, itu bukan memastikan orang tua berhaji tapi bernadzar untuk memberangkatkan orang tua haji itu pointnya. Liat baik2, karena tugasnya memberangkatkan maka turunkan kata memberangkatkan itu, bukankah memberangkatkan itu ikhtiar kita sebagai sekarang yang kita akan berangkat dengan sistem yang ada.

Bukankah kita wajib mengumpulkan uang pokoknya untuk pendaftaran, sekarang berapa? 25 juta, Antum nabung sampai dapat 25 juta. Berikan setoran, tambahannya kira2 berapa nanti, pisahkan oleh Antum. Begitu porsinya sudah ada, nomornya sudah ada, segalanya sudah ada, tugas Antum berhenti sampai di situ. Bukankah selesai? Tanggal sekian akan berangkat dan sebagainya, begitu sudah ketahuan ikhtiarnya dan sebagainya, ikhtiar Antum sudah ada, hari leberangkatan sudah diketahui, tanggal diketahui, maka mohonkanlah kepada Allah SWT dengan apa yang telah Antum ikhtiarkan, selesai!.

Antum tidak dituntut untuk memastikan orangtuanya haji, nadzar Antum ingin memberangkatkan haji, maka kalimat ingin memberangkatkan haji di situ celah hukumnya, ambil. Antum nabung, kumpulkan, berikan nomor porsi, serahkan pada orangtua, sudah ketahuan kapan tanggal berangkat, tahunnya tahun berapa!. Maka sampaikan pada orangtua, 'saya bernadzar untuk mendapatkan ini dan saya sudah mendapatkan ini, apakah bapak ibu memberikan restunya ketika akan menikah?.

Lalu antum bermohon kepada Allah SWT, "Ya Allah, saya sudah menabung dengan keringat saya Ya Allah, saya sudah berikhtiar Ya Allah, dan sudah keluar tanggal pemberangkatan orangtua saya, jika dengan nadzar ini belum juga engkau dekatkan jodoh saya, dengan cara apalagi saya bermohonnya". Jelas ya? Toyib, jadi teman-teman yang pertama jangan berhenti untuk meneruskan nadzar ini dan insya allah, Allah berikan yang terbaik.

Terakhir yang ketika saya mau bagi pengalaman, tapi saya persingkat saja ya karena kadang saya suka berhenti di sini dan tidak bisa melanjutkan kajian, jadi saya singkat saja. Singkatnya saya punya keinginan menghajikan ibunda saya, kemudian pada saat itu 2010 saya masih ingat betul, bulan Pebruari saya mendapat undangan untuk jadi salah satu panitia haji di timur tengah. Toyib, ketika dapat kepastiannya saya telepon ibunda saya, 'Bismillah, saya mau haji insya allah tahun ini'!. Ibu saya gembira luar biasa, "Alhamdulillah"!, 'dan mama mesti haji'. "Gimana haji?", mama saya tersenyum, "pasti menyiapkan begini-begini"!. Ayo Bismillah, berapa disiapkan? 25 juta mesti ada. Kapan? Bulan juli, saya masih ingat betul, 6 bulan dari saya tadi sampaikan. Tanggal berapa? Tanggal sekian. 'Bismillah, mama insya allah berangkat dengan saya'.

Baik, antum tahu apa yang terjadi? Maka saya dapatkan, saya bermohon dihadapan Allah SWT, 'Ya Allah, ibu saya mengandung saya, yang merawat saya, yang memberikan titian dalam setiap air matanya, yang kalau saya kisahkan saat ini berhenti kajian kita malam ini. Sebutkan kalimat2nya, bagaimana perjuangannya, macem2nya dan sebagainya, saya mohon kepada Allah. Cukup dengan berdoa? Tidak! saya beli celengan, begitu saya belikan celengan, setiap uang beasiswa saya simpan di situ. Butuhnya berapa tadi? 25 juta! Begitu saya dapatkan, saya berdoa kepada Allah, 'Ya Allah, mohon Ya Allah jadikan setiap dinar yang saya masukkan mempermudah ibunda saya untuk berangkat haji dengan saya. Beliau yang mengandung saya Ya Allah, sebutkan pelan2, pelan2, pelan2. Minta, sebut namaNYA asmaul husna, Allohumma ya Rozaq, Allohumma ya Fatah, masukkan-masukkan.

Teman2 sekalian, masya Allah, demi Allah seminggu sebelum waktu penyerahan untuk pemberian nomor porsi itu saya buka celengan, masya allah! Butuh berapa? 25 juta, begitu saya buka 'wah dapet, sejuta, sejuta! Kurang berapa? 24 juta!. Tapi tiga hari sebelum itu terjadi datanglah ibu2 dari jamaah pengajian, yang entah kenapa kemudian bertanya, 'ustad mau haji ya? Iya! 'ibunya berangkat juga ya?, biarkan kami yang kemudian memberikan segala kecukupannya'!, Masya Allah. Tiba2 disampaikanlah itu dapatlah ibunda saya nomor porsinya, tiga hari itu sebelum penutupan, selesai diberikan dapat nomor porsi.

Lalu saya telpon lagi, bagaimana ma? 'Alhamdulillah katanya, dapat nomor porsi'!, Masya Allah, saya bahagianya luar biasa. 'Kapan mah berangkatnya?', 2013!. Saya bilang, 'saya 2010, saya berangkat tahun ini bukan 2013'. Baik, liat jawaban ibu saya, perhatikan jawabannya, "Mama tidak akan mengambil hak orang lain, 2013 dituliskan tahun segitu saya berangkat". Saya bilang, 'Mah tidak harus ambil hak orang lain, kita bermohon kepada Allah mungkin Allah berkehendak lain, mungkin saja ada tambahan kuota, atau mungkin ada yang mundur kemudian mamah naik ke atasnya. Lalu saya kuatkan ibunda saya, kita berangkat insya allah.

Saya kembali lagi saya minta kepada Allah, 'Duhai Allah, saya minta saya mohonkan dengan kalimat2 yang mungkin kadang sulit untuk dilukiskan setelahnya. Ketika minta, minta, minta, Masya allah, Antum tahu apa yang terjadi? 27 Ramadhan, sedang acara kami dan saya menjadi pada satu moderator, ada rektor, ada macem2 tiba2 ada telpon berbunyi, entah kenapa saya katakan pada rektor 'saya bilang sebentar ada telpon berbunyi'. Biasanya saya matikan itu saya angkat, malam tuh di Libya.

Teman-teman sekalian, tiba-tiba begitu saya terima di ujung sana ada yang menangis gembira, '..mamah bisa haji, besok berangkat, besok berangkat'. Saya langsung simpan telfon saya bersyukur kepada Allah SWT. Seketika saya matikan, Alhamdulillah Ya Allah, Alhamdulillah. Dan ada kisah dibalik itu, kenapa tiba2 terjadi, bisa haji, dan sebagainya. Ada kisah yang sangat luar biasa, apa itu rahasianya? Kita lanjutkan setelah sholat Isya berjamaah, insya allah.

No comments:

Post a Comment

Hukum Pinjam Uang dibank Buat Naik Haji

Hukum Pinjam Uang dibank Buat Naik Haji - Ustadz Abdul Somad Lc MA Tanya Ustadz, bagaimana hukum meminjam uang di bank untuk b...